Terimakasih Kang Iman, Selamat Datang Ustadz Syaikhu | PKS Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kang Iman, Selamat Datang Ustadz Syaikhu

Bagikan:

Tradisi di PKS adalah, pemimpin itu datang dan pergi silih berganti. Ini yang namanya regenerasi dan kaderisasi.

Ustadz Syaikhu dan Ustadz Sohibul Iman

 Oleh : Cahyadi Takariawan

Saya mengenal kang Iman cukup lama. Menjadi lebih dekat dengan dirinya, saat saya berada pada satu lembaga dengan beliau. Posisi saya sekretaris lembaga saat itu. Ini aktivitas sekitar tahun 2010 – 2012 lalu.

Masih kuat ingatan saya –sesuatu pesan saya tuliskan kepada beliau pada waktu itu. Mencermati berbagai fenomena yang terjadi di dalam negeri, saya memiliki sebuah keyakinan yang kuat. Keyakinan itulah yang saya tuliskan dan saya japri kepada beliau.

Tidak saya sangka, isi pesan itu benar-benar menjadi kenyataan sejarah. Padahal pesan itu hanya hasil perenungan pribadi. Hanya prediksi, dan sangat pribadi. Tentang apa isinya, tentu tak akan saya ceritakan di sini. Hanya saya dan beliau saja, disaksikan Allah.

Bahkan andai ditanya, sangat besar kemungkinan beliau juga sudah lupa isi pesan japri saya tersebut. Karena –saya yakin—isi pesan itu nothing bagi beliau. Sama sekali tidak penting bagi beliau. Tapi penting bagi saya. Maka sangat mungkin beliau tak pernah mengingatnya.

Cool dan Elegan

Kang Iman adalah sosok yang selalu tampil cool dan legan. Tidak seperti saya. Orang mengenal saya biasa berteriak-teriak keras di forum saat mengisi pelatihan. Karena memang itu kebutuhan forum. Saya harus mampu menguasai forum, dan membawa peserta menuju kondisi seperti yang menjadi tujuan diselenggarakannya forum itu.

Namun, itu adalah sebuah forum. Sekali lagi, itu hanyalah sebuah forum. Memimpin lembaga, bukanlah seperti mengisi forum yang sekali hadir saya langsung pulang.

Mohammad Sohibul Iman, Ph.D. ---tokoh yang saya ceritakan ini, mendapat kepercayaan memimpin lembaga besar di tahun 2015 lalu. Tak ada yang menyangka, bahwa dirinya bisa menjadi Presiden PKS. Tak ada takbir membahana menyambut dirinya menjadi pemimpin lembaga ini. Justru dilecehkan dan dihina.

Tak ada adegan tarian “palang pintu” menyambut kehadiran dirinya di gedung DPP tempat dirinya akan beraktivitas. Justru dihadang dengan pembelotan dan pemberontakan. “Palang pintu” disiapkan sekelompok orang justru untuk memukul dan menghalanginya.

Saya percaya pesan salah seorang guru saya, KH. Hilmi Aminuddin –rahimahullah. Beliau sering menyampaikan, Allah memberikan pemimpin kepada kita sesuai kebutuhan marhalah kita. Sesuai tantangan yang harus kita hadapi bersama.

Maka ketika Kang Iman terpilih memimpin organisasi besar ini, saya meyakini Allah telah memberikan yang terbaik. Ternyata terbukti. Beliau menjawab dengan kerja. Sikapnya yang cool dan elegan, membuat saya sangat tenang berada di dalamnya.

Kang Iman bukan tipe orator yang berteriak-teriak lantang di forum dan mimbar. Suaranya datar saja. Karena –sekali lagi—beliau adalah pemimpin lembaga. Pemimpin organisasi. Tak bisa sekali mengisi lalu ditinggal pergi. Dia harus menunggui organisasi setiap hari. Maka tak perlu berteriak-teriak seperti yang saya lakukan di berbagai forum.

Begitulah pemimpin. “Semakin sunyi dirimu, semakin engkau bisa mendengar” –Rumi.

Memimpin Dengan Tenang

Tenang, rasional dan tidak baper. Itu syarat penting menjadi pemimpin di masa sulit. Tentu yang paling penting adalah kedekatan dengan Allah, selalu merapat dan memohon pertolongan dengan Allah. Namun ada sikap pribadi yang sangat menolong organisasi, yaitu ketenangan yang muncul dari keyakinan, serta didukung rasionalitas.

Ini yang membuat Kang Iman tidak baper. “Saya hanya menjalankan amanah. Saya jalankan apa yang diamanahkan kepada saya, dan saya kembalikan amanah apabila diambil dari saya”. Inilah sikap rasional. Tidak baper.

Suatu ketika –mungkin lima belas tahun lalu-- saya melakukan perjalanan darat yang harus memerlukan waktu 10 jam dengan sebuah mobil. Saya kaget, saat mengetahui bahwa sang driver memiliki fisik yang (maaf) pendek. Sehingga saat driver ini duduk di kursi kemudi, sepertinya pandangan mata dia terhalang oleh setir (steering wheel).

Awalnya, teman yang membersamai saya dalam perjalanan, merasa cemas. Terlebih, sang driver mengendarai mobil dengan mengebut. Selalu dengan kecepatan tinggi. Namun saya berusaha menenangkan teman tersebut.

Mengapa saya bisa tenang? Dalam hal mengendarai mobil, saya berpatokan kepada kondisi sopir. Jika sopir membawa mobil dengan tenang, maka saya akan ikut tenang, meskipun mobil melaju sangat kecang.

Yang membahayakan adalah ketika sopir gelisah, tidak tenang, apalagi emosional. Sikap emosional dalam mengendari mobil, jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan realitas kecepatannya. Alhamdulillah hingga tiba di tujuan, semua baik-baik saja.

Demikianlah yang saya lihat dari Kang Iman. Semua anggota menjadi tenang, karena melihat pemimpinnya tenang. Tidak menjawab syubhat dan tuduhan dengan emosional. Justru dibuktikan dengan amal.

Ia berhasil membawa organisasi meraih hasil Pemilu tertinggi di sepanjang perjalanan yang pernah dilalui. Sejak berdiri dan ikut Pemilu, di bawah kepemimpinan Kang Iman, PKS meraih suara tertinggi. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.

Tenang Mengawali dan Tenang Mengakhiri

Sidang Majelis Syura PKS pada awal Oktober 2020 akhirnya menetapkan Al Ustadz Ahmad Syaikhu sebagai Presiden Partai, menggantikan Kang Iman. Ini adalah tradisi yang sudah berlangsung sejak awal berdiri, bahwa Presiden Partai hanya satu periode saja. Meskipun tak ada aturan yang mengharuskan demikian, namun telah menjadi suatu tradisi.

Mungkin di partai lain, seseorang yang merasa sukses dan berhasil memimpin, akan berusaha mempertahankan kepemimpinannya. Kalau perlu seumur hidupnya, menjadi Ketua selamanya. Selama-lama-lama-lama-lamanya. Tak ada yang boleh menggantikannya. Ada contoh partai di negeri ini, yang menerapkan pola seumur hidup untuk pemimpin kharismatik yang dimilikinya.

Tradisi di PKS adalah, pemimpin itu datang dan pergi silih berganti. Ini yang namanya regenerasi dan kaderisasi. Sebagaimana poin-poin yang dipesankan Kang Iman pada forum sebelumnya. Lihat kembali lima poin pesan kang Iman itu di sini.

Mengetahui dirinya tidak terpilih kembali, Kang Iman tersenyum bahagia. Beliau sudah lama menyampaikan kepada saya, “Silakan siapa yang ingin menggantikan posisi saya ini. Saya rela menyerahkannya”. Tentu saja harus melalui mekanisme organisasi.

Beliau selalu cool dan elegan. Saat mendapat amanah menjadi Presiden PKS tahun 2015 beliau menerima dengan tenang. Saat mengembalikan amanah pada tahun 2020, beliau melakukan dengan tenang. Karena, semua bukanlah ambisi pribadi.

Kepemimpinan di PKS bukanlah karena “saya ingin”. Namun semua berlandaskan kepada mekanisme syura. Terpilih menjadi pemimpin di PKS, bukanlah kemuliaan. Bukan kehebatan. Namun amanah yang sangat berat.

Itu sebabnya saat Ustadz Ahmad Syaikhu dipilih menjadi Presiden PKS, beliau langsung menangis dan menyatakan keberatan. Beliau sungguh terguncang, tidak menyangka akan mendapat amanah kepemimpinan. Karena ini bukan pemuliaan. Ini bukan rebutan. Ini bukan perlombaan. Bukan gengsi dan kehebatan.

Ini adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dunia akhirat. Sangat berat.

Terimakasih Kang Iman, telah memimpin kami semua dengan penuh ketenangan. Hasilnya adalah keberkahan. Hasilnya adalah kemenangan. Hasilnya adalah kegagahan dari semua struktur dan kader partai.

Saya bangga dengan kebersamaan kita semua. Dari atas sampai bawah. Dari Sabang sampai Merauke. Semua solid, melalui masa-masa sulit.

Kita bukan hanya tidak karam, bukan hanya tidak tenggelam, namun berlayar “melampaui imajinasi” yang bisa dibayangkan oleh semua orang. Bukan hanya kader dan pimpinan, namun juga imajinasi para pengamat yang sering tak cermat.

Selamat datang ustadz Ahmad Syaikhu. Kami semua akan taat dan maju bersamamu. Bersama Allah, tak ada yang bisa membuat kita ragu.

Bismillah.

 
Yogyakarta, 9 Oktober 2020

KOMENTAR

Nama

artikel bantul berita Berita Foto FPKS DIY gunungkidul Infografis Kota Jogja kulonprogo kutipan berita nasional seputar diy sleman
false
ltr
item
PKS Daerah Istimewa Yogyakarta: Terimakasih Kang Iman, Selamat Datang Ustadz Syaikhu
Terimakasih Kang Iman, Selamat Datang Ustadz Syaikhu
Tradisi di PKS adalah, pemimpin itu datang dan pergi silih berganti. Ini yang namanya regenerasi dan kaderisasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgFjFGCEf0Vrl_jmRxjStSjOiTmpcnXyO0ZgsQuPe7cCC1nTRQ9EDFzrCyCw4A-YHktUnUu0HsVDfGSigc7w4_qhgxFYp7EMlOpVfp62MItiueol-Q6_gQPmakJGWZ4Ffs3RXTZGaPo4/w640-h426/Ahmad+Syaikhu+%2526+MSI.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgFjFGCEf0Vrl_jmRxjStSjOiTmpcnXyO0ZgsQuPe7cCC1nTRQ9EDFzrCyCw4A-YHktUnUu0HsVDfGSigc7w4_qhgxFYp7EMlOpVfp62MItiueol-Q6_gQPmakJGWZ4Ffs3RXTZGaPo4/s72-w640-c-h426/Ahmad+Syaikhu+%2526+MSI.jpg
PKS Daerah Istimewa Yogyakarta
http://jogja.pks.id/2020/10/terimakasih-kang-iman-selamat-datang.html
http://jogja.pks.id/
http://jogja.pks.id/
http://jogja.pks.id/2020/10/terimakasih-kang-iman-selamat-datang.html
true
2917298055194715103
UTF-8
Artikel tidak ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batalkan Hapus Oleh Beranda HALAMAN ARTIKEL Lihat Semua BACA JUGA LABEL ARSIP SEARCH SEMUA ARTIKEL Tidak ditemukan artikel sesuai permintaan anda Back Home Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sepember Oktober November Desember sekarang 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 hari yang lalu $$1$$ hours ago kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 minggu yang lalu Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy