Yogyakarta - Malam itu, Sabtu (13/12) kantor Dewan Pengurus Wilayah PKS DI Yogyakarta berubah susana. Tangga masuk yang biasanya tanpa or...
Yogyakarta - Malam itu, Sabtu (13/12) kantor Dewan Pengurus Wilayah PKS DI Yogyakarta berubah susana. Tangga masuk yang biasanya tanpa ornamen kini dihiasi dengan nyala lilin di kiri kananya. Lobi depan disulap dengan hiasan kain hitam yang menutupi tiang hingga tembok menjadi galeri “Dolanan Anak-anak”. Di tengahnya, tempat yang biasa ada kursi tamu sofa, disulap jadi ruang memori waktu yang menghadirkan berbagai barang kenangan. Mulai dari foto, papan tulis belajar membaca bertuliskan “ini budi” hingga kapal otek-otek dalam baskom.
Mengusung tema “Ngudhar Piwulang Budaya” PKS DIY menggelar Pentas Budaya sebagai apresiasi seni dan budaya Yogyakarta.
Acara dibuka dengan tilawatil Qur’an, dibawakan oleh “akhi” berpakain beskap. Di sisi lain, tampak seorang “ukhti” yang membawakan arti terjemahannya dengan tembang macapat, sembari diiringi suara gamelan yang mengalun pelan. Merdu dan tenang.
Selesai dibacakan kalam illahi, muncul Buto Cakil. Menari dengan gerakan tegas dan kuat. Setelah menari sekitar 5 menit, Si Cakil undur diri. Digantikan sosok Bambang lengkap dengan busur di punggungnya menari dengan gerakan halus, lembut dan mengalir. Setelah menyelesaikan tariannya Arjuna tampak berdiri anteng, tangan bersedekap, dan melakukan pertapaan.
Tetiba Si Cakil muncul lagi. Menggangu pertapaan Bambang. Dengan iseng Cakil berusaha mengganggu konsentrasi Rama. Merasa terganggu, Rama pun balas memukul Cakil. Terjadilah tarian perang diantara keduanya. Tarian Bambang Cakil adalah pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Dan kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan.
Acara malam itu berjalan dengan sangat mengalir, pemandu acara mampu memandu dengan sangat apik diselingi guyonan khas Yogyakarta. Dari pembacaan puisi diselingi dengan Bedah Platform Kebudayaan oleh Abu Ridho yang pada malam itu didapuk menjadi Ki Abu Ridho. Lalu Pentas Teater yang diakhiri dengan pentas band membawakan lagu Islam Cinta Keadilan versi pop.
“Pentas budaya digelar untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa PKS juga mengapresiasi budaya yang berkembang di masyarakat, terutama di Yogyakarta. Hal ini juga untuk menumbuhkan minat dan potensi kader dalam bidang budaya,” ujar Darul Falah, Wakil Ketua DPW PKS DIY dalam sambutannya.
Yogyakarta, lanjutnya, adalah daerah yang selalu menghasilkan budayawan terkemuka. PKS DIY berharap mampu untuk nguri-nguri kebudayaan Yogyakarta ini. Sebagai Pembeda dengan DPW lain, PKS DIY akan membangun Pusat Kebudayaan di lantai satu.
"Ruangan di aula bawah akan kita bongkar untuk dijadikan Pusat Budaya. Nantinya akan diagendakan agenda-agenda kebudayaan disitu, tutupnya.
Foto: Ihsanudin Mahfud - Relawan PKS Foto