Milad PKS ke-18 diwarnai kegiatan yang menarik, yaitu Lomba Membaca Kitab Kuning. Lomba yang diinisiasi oleh Fraksi PKS DPR-RI ini dilakukan di tingkat wilayah dan final lomba tingkat nasional pada tanggal 24 April 2016. Hari ini (Minggu, 17 April 2016) dilaksanakan Lomba tersebut di DIY yang diikuti oleh 45 peserta yang mewakili berbagai Pondok Pesantren.
Yogyakarta - Milad PKS ke-18 diwarnai kegiatan yang menarik, yaitu Lomba Membaca Kitab Kuning. Lomba yang diinisiasi oleh Fraksi PKS DPR-RI ini dilakukan di tingkat wilayah dan final lomba tingkat nasional pada tanggal 24 April 2016. Hari ini (Minggu, 17 April 2016) dilaksanakan Lomba tersebut di DIY yang diikuti oleh 45 peserta yang mewakili berbagai Pondok Pesantren.
Dalam pembukaan acara Lomba, Ketua DPW PKS DIY, Muhammad Darul Falah mengatakan bahwa PKS memiliki kader-kader terbaik yang juga berasal dari pondok pesantren.
“Pondok pesantren juga melahirkan banyak tokoh hebat yang berkontribusi terhadap bangsa. Sistem pengajaran dengan Kitab Kuning terbukti mampu menghasilkan santri yang memiliki pemahaman agama yang mendalam,” ujarnya.
Dalam Milad kali ini, PKS memberikan apresiasi positif terhadap kontribusi pensantren salaf dan berharap metode Kitab Kuning tetap lestari dalam khasanah keilmuan di Indonesia.
Secara teknis lomba dibagi menjadi 2 tahapan, penyisihan dan final. Penentuan pemenang berdasar penilaian dewan juri. Pemenang lomba di tingkat wilayah berhak mendapatkan hadiah juara 1 sebesar 2,5 juta rupiah, juara 2 sebesar 2 juta rupiah, dan 1.5 juta rupiah untuk juara III, serta hadiah untuk juara harapan. Juara I nantinya akan dikirim dalam lomba di tingkat nasional.
Sementara itu, dalam penutupan lomba berkesempatan hadir DR. Sukamta, Sekretaris Fraksi PKS DPR RI yang juga anggota dewan dari DIY. Sukamta menjelaskan, bahwa penyelenggaraan Lomba Membaca Kitab Kuning dari laporan berbagai wilayah berjalan sukses dan diikuti oleh banyak santri pondok pesantren.
“Fraksi PKS DPR RI sangat perhatian terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia, yang tidak hanya berorientasi kepada kecerdasan pikiran tetapi pendidikan yang juga menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter dan berakhlaq mulia,” ungkapnya.
Di lingkungan pesantren, sebelum santri belajar ilmu maka ia harus belajar adab terlebih dahulu. Menurutnya, contoh baik di pesantren ini perlu dikembangkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
“Semestinya pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pesantren,” imbuh Sukamta.