Operasional Trans Jogja mengecewakan banyak pihak. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah insiden dialami moda transportasi berbasis buy the service tersebut.
Yogyakarta – Operasional Trans Jogja mengecewakan banyak pihak. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah insiden dialami moda transportasi berbasis buy the service tersebut. Insiden itu antara lain warmsteer patah, ban roda lepas, terlibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan satu orang meninggal serta mogok di tengah jalan yang membuat penumpang harus mendorongnya.
Atas insiden tersebut, Komisi C DPRD DIY memanggil Unit Pengelola Teknis (UPT) Trans Jogja Dinas Perhubungan DIY, Kamis (7/4). Legislator juga meminta PT Anindya Mitra Internasional (AMI) selaku BUMD milik Pemda DIY yang ditunjuk sebagai operator Trans Jogja untuk melaporkan kinerjanya tiga bulan sekali.
Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY, Arief Budiono mengaku kecewa dengan operasional armada Trans Jogja, terutama 34 generasi pertama sejak 2008 bermerk Hyundai. Bus tersebut sudah tidak layak jalan, namun tetap dipaksakan beroperasi.
“Operasionalnya mengecewakan, tak hanya Dewan tapi banyak pihak yang kecewa,” katanya di DPRD DIY, Kamis (7/4).
Bahkan, Arief merasakan betul operasional Trans Jogja yang dibiayai APBD DIY tersebut sudah tidak layak. Dia naik sendiri Trans Jogja untuk merasakan layanan Trans Jogja.
“Saat saya naik Trans Jogja, bau kampas kopling dan suaranya nggereng (mendengung). Itu tanda kampas kopling tidak kuat dioper persneling. Itu tanda sudah tidak layak,” papar ketua Fraksi PKS DPRD DIY ini.
Atas temuannya itu, DPRD meminta UPT Trans Jogja membuat laporan evaluasi pelaksanaan pelayanan setiap tiga bulan selama 2016. Langkah tersebut setidaknya untuk mengantisipasi agar insiden yang pernah dialami Trans Jogja tidak terulang lagi. Dia juga mengkritisi peralihan operator Trans Jogja dari PT Jogja Tugu Trans (JTT) ke PT AMI. Dia menganggap peralihan tersebut aneh.
“Per 2016 ini pengelolaan Trans Jogja dipegang oleh PT AMI. Kenyataannya semua dilaksanakan PT JTT. Direktur masih dari PT JTT, karyawan masih mereka. Terus apa bedanya ketika dikelola PT AMI,” paparnya.
Sebagai catatan, PT AMI hanya diberi kewenangan mengelola Trans Jogja selama setahun. Kewenangan diberikan karena Pemda DIY tidak bisa melakukan lelang pengelola Trans Jogja.
“Karena tidak lelang, akhirnya diserahkan PT AMI. Nanti kalau laporannya nggak beres, PT AMI tidak akan mengelola Trans Jogja lagi di 2017,” kata Arief.
Kepala UPT Trans Jogja, Agus Minang menegaskan, tidak keberatan melaporkan evaluasi pelaksanaan pelayanan tiap tiga bulan. Dalam waktu dekat, bus Trans Jogja lama juga akan diganti yang baru. Pasalnya 25 armada yang berasal dari hibah Kementerian Perhubungan akan tiba di Yogyakarta pada 11 April 2016. Menurut dia, pada 11 April tersebut juga diserahkan faktur yang nantinya digunakan untuk mengurus STNK dan BPKB bus tersebut.
Butuh waktu satu bulan untuk mengurus administrasi, izin trayek dan lainnya. “Sekitar 11 Mei optimis bisa dipakai,” tegasnya. (*)
