PTM perlu dimaknai sebagai upaya pembelajaran tentang prokes, mengedukasi dan membiasakan kebiasaan baru
Pandemi yang berlangsung hampir dua tahun membuat pelajar kangen bangku sekolah. Tidak sedikit orang tua siswa ingin anaknya bersekolah lagi seperti semula.
Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Sofyan Setyo Darmawan, menangkap fenomena seperti itu yang dirasakan oleh masyarakat saat ini. Sebagai salah seorang pimpinan komisi yang salah satunya membidangi pendidikan itu, anggota Fraksi PKS ini menyatakan jangan sampai PTM dimaknai sebagai momentum aji mumpung, yang justru melupakan protokol kesehatan (prokes).
“PTM perlu dimaknai sebagai upaya pembelajaran tentang prokes, mengedukasi dan membiasakan kebiasaan baru itu sesuatu yang notabene belum jadi habbit yang sesungguhnya bagi siswa Di rumah maupun pergaulan sehari-hari di tetangga kanan-kiri belum tentu menerapkan prokes dispilin. Di sekolah, kami berharap guru memberikan arahan disiplin pembelajaran dengan lebih intens sehingga menjadi habbit bagi anak,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (28/8/2021).
Selanjutnya, begitu memperoleh pembekalan di sekolah alangkah baiknya pelajar menjadi duta tentang penegakan prokes mulai disiplin cuci tangan, mengenakan makser serta menghindari kerumunan, termasuk penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Anggota Fraksi PKS ini menyatakan pada prinsipnya legislatif memberikan dukungan dimulainya PTM di DIY, dengan catatan perlu dipastikan prokes dan vaksinasi yang ditargetkan rampung September 2021. Selain itu, kondisi di lapangan juga siap, tidak seperti dua tiga pekan silam tatkala terjadi lonjakan angka terpapar.
Diakui, setelah hampir dua tahun sekolah online bisa jadi siswa mengalami ketidaksiapan. Semula tidak ada pembatasan begitu kembali sekolah bangku sekolah berhadapan dengan aturan-aturan yang sebelumnya tidak pernah ada. Bagi mereka, inilah situasi dunia baru.
“Bayangkan di kelas semua pakai masker. Guru mengajar pakai masker. Kita sangat berharap PTM jangan sekonyong-koyong bicara tentang materi pelajaran dan target kurikulum. Itu oke tetapi nanti. Kita perlu mendengarkan siswa dulu. Bagaimana menyikapi situasi sekarang ini? Model belajar bagaimana, misalnya sepekan dua kali tatap muka selebihnya daring,” jelasnya.
Sebagaimana konsep merdeka belajar, semua itu perlu dikomunikasikan secara luas disertai mekanisme assessment, sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang nyaman.
Menjawab pertanyaan apakah perlu penguatan mental mengingat anak-anak sudah lama tidak masuk sekolah, Sofyan menyatakan sepakat. Artinya, pelajar begitu masuk lagi ke sekolah jangan langsung dicecar target materi ini dan itu.
“Itu nomor sekian. Dibangun dulu suasana yang nyaman sehingga bisa menemukan model pembelajaran yang nyaman pada era pandemi,” kata dia.
Gampangnya adalah, mungkin kelas separo terisi. Semua pakai masker. Lagi-lagi, perlu diciptakan suasana yang nyaman. “Bayangkan, ini benar-benar baru dan belum pernah. Itu dulu yang perlu dicoba dipahami. Buat nyaman dulu,” tandasnya.
Diakui, saat siswa pertama kali kembali ke bangku sekolah bisa jadi seperti merasakan suasana asing. “Apalagi beda jenjang dari SD masuk SMP. Beda banget. Sebagian seperti itu, siswa yag naik kelas mungkin masih enjoy,” kata dia.
Secara kelembagaan, DPRD DIY meminta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY maupun Dinas Kesehatan membentuk semacam gugus tugas khusus memantau PTM, disertai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, dan semoga tidak terjadi.
Menurut Sofyan, langkah ini penting untuk meyakinkan masyarakat dan orang tua siswa terkait kesiapan PTM dari A sampai Z. “Sosialiasasi PHBS ke putri putri kita ke sekolah sangat tepat sekali, yang selama satu tahun ini menjadi pemahaman bersama,” pungkas politisi PKS DIY ini.