Amir berharap para anggota KWT menjadikan panganan lokal bukan hanya dijadikan konsumsi sehari-hari tapi juga sebagai peluang usaha
Pangan lokal di Indonesia sangat beragam, antara lain pisang, ketela pohon, garut, sukun, jagung, sagu, ubi jalar dan sebagainya. Namun, makanan yang berasal dari bahan-bahan tersebut saat ini masih dianggap sebagai makanan kelas bawah yang pamornya masih kurang bersinar dibandingkan dengan makanan yang berbahan dasar terigu. Padahal secara kualitas dan rasa tentu tidak kalah.
Sebagai upaya penyebarluasan konsumsi pangan lokal, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan D.I. Yogyakarta melaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan pangan berbasis bahan pangan lokal kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Melati, Guyangan pada hari Rabu, 22 September 2021.
Amir Syarifuddin, Anggota DPRD DIY dari F-PKS yang mengajukan aspirasi dari KWT Sekar Melati sehingga terselenggara program ini ikut hadir di pelatihan yang dilaksanakan di Joglo Guyangan, Wonolelo, Pleret, Bantul.
Amir berharap para anggota KWT menjadikan panganan lokal bukan hanya dijadikan konsumsi sehari-hari tapi juga sebagai peluang usaha. "Para Ibu -ibu harus mempunyai kreatifitas terutama dalam pengolahan makanan hal ini sangat diperlukan agar tetap eksis bukan hanya untuk kebutuhan makan sehari-hari lebih lanjut bisa mengolah makanan terutama yang berbasis lokal yang nantinya bisa juga sebagai peluang usaha".
"Maka dengan adanya pelatihan ini akan meningkatkan kapasitas ibu-ibu KWT Sekar Melati lebih bisa produktif lagi yang selama ini sebagian ibu-ibu secara mandiri sudah menjalankan usaha olahan makanan baik secara offline maupun online," ungkap Anggota Dewan dari Dapil Bantul tersebut.
Dalam pelatihan kali ini juga dihadirkan praktisi yang sukses mengolah panganan lokal, Muryanti sebagai narasumber. "Kita harus bisa mengambil peluang yang ada, tidak boleh menunda ketika ada kesempatan belajar seperti pelatihan ini. Karena kesempatan tidak datang 2 kali, jadi manfaat kan dengan sebaik-baiknya," pesannya.
Di kesempatan pelatihan kali ini para peserta dilatih membuat brownis dari bahan baku tepung pisang lokal. Para peserta puas dengan program ini karena para ibu-ibu bisa mengasah potensi untuk membuat makanan dari bahan-bahan lokal, harapannya nantinya mereka tidak tergantung dari bahan import sehingga lebih produktif .