Tangise tak tuku satus rupiah ya." (Tangismu Ayah beli seratus rupiah ya). Begitu rayuan ayah setiap aku menangis karena ulah kakak-kakakku
Ayah adalah sebutan agung menurut pendapatku
Ayah biasanya pusat sebuah keluarga
Ayah pusat penghasilan, karena ayah bertanggung jawab atas nafkah keluarga
Ayah pusat keputusan karena ayah adalah kepala keluarga
Ayah pusat wibawa dimana keluarga dihargai dengan kebijakan yang diambil seorang ayah
Tapi apakah bisakah menjadi ayah yang sempurna?
Pastilah bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Karena ternyata hidup tidak sempurna.
Setiap ayah pasti berjuang sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik untuk keluarganya. Demi kebahagiaan anak dan istrinya. Tapi hidup bukanlah hanya sekedar teori. Segala rencana dan usaha yang sudah diusahakan tak jarang hasilnya jauh dari yang kita inginkan.
Berbicara tentang ayah, jadi terkenang akan sosok ayah yang kupunya. Ayahku seorang militer yang sangat dihormati dan dibanggakan pada zamannya. Beliau tetaplah lembut kepada kami keluarganya walau dalam perjalanan militernya pasti ditempa dengan keras.
Ayah sering duduk disampingku saat aku mengenakan sepatu kecil. Ayahku selalu membelaku ketika aku di-bully kakak-kakakku.
"Tangise tak tuku satus rupiah ya." (Tangismu Ayah beli seratus rupiah ya). Begitu rayuan ayah setiap aku menangis karena ulah kakak-kakakku. Begitulah ayah. Lembut namun selalu bersikap tegas. Ayah mengajarkanku kejujuran dan kelembutan. Al-Fatihah untuk ayah, rindu yang kini tak pernah tersampaikan.
Penulis: Dewi Noviriliana (DPC Pandak-Bantul)
Ditulis untuk memperingati Hari Ayah 12 November 2022 lalu