Kita sebagai negara terbesar di ASEAN harus memberi perhatian serius terhadap situasi di Myanmar
"Kita sebagai negara terbesar di ASEAN harus memberi perhatian serius terhadap situasi di Myanmar. Kami harap Indonesia bisa lebih tegas," ujar Sukamta saat menyampaikan interupsi di Rapat Paripurna Pembukaan Masa Sidang II tahun sidang 2021–2022, Senin (1/11) di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Ia menyampaikan, di tengah situasi kudeta Myanmar, banyak muncul kelompok bersenjata. Hal ini menimbulkan kekhawatiran negara menjadi tidak stabil dan bisa berdampak kepada negara ASEAN secara luas.
Jika dibiarkan, Sukamta menilai ada potensi Myanmar bisa menjadi seperti Suriah yang merupakan negara konflik dengan menciptakan beberapa kelompok teroris, salah satunya ISIS.
"Khawatirnya kalau dibiarkan Myanmar akan menjadi suriah di ASEAN. Dan itu jelas tidak kita inginkan," tegas Wakil Ketua Fraksi PKS ini.
Untuk itu, Sukamta menyarankan agar pemerintah Indonesia mengajak negara-negara ASEAN untuk mendorong misi perdamaian dunia. Misalnya, dengan membentuk tim misi perdamaian lewat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kalau perlu ASEAN bisa menggalang misi perdamaian PBB agar bisa menyelamatkan demokrasi di Myanmar dan juga menyelamatkan rakyat Myanmar dari konflik saat ini yang memprihatinkan," tutur Anggota DPR RI dari Dapil DIY ini.
Myanmar saat ini dalam situasi kudeta militer sejak Februari 2021 setelah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi memenangkan pemilu. Situasi menjadi kacau dan banyak kelompok yang protes atas terjadinya kudeta.
Hal ini menimbulkan konflik berkepanjangan antara milisi pertahanan sipil dan militer Myanmar yang mengambil alih kekuasaan negara. Imbasnya, ratusan warga sipil tewas di tangan militer dan ribuan lain dijebloskan ke penjara.
Sumber: validnews.id